Surga Nabi Adam menurut Al Quran dan Alkitab

Wiji Al Jawi
Islampedia
Published in
6 min readJan 21, 2024

--

Photo by Daniel Angele on Unsplash

Al Quran dan Alkitab sama-sama menyebutkan bahwa Nabi Adam ‘alaihis salam pada mulanya ditempatkan di surga. Namun, terdapat beberapa detail yang berbeda.

Penuturan Al Quran

Surat Al Baqarah: 36 menceritakan bahwa ketika Adam dan Hawa terkena tipu daya syaitan (memakan buah pohon yang dilarang) maka difirmankan kepada keduanya ٱهْبِطُوا۟ (“Turunlah kalian!”).

Perintah untuk turun menunjukkan bahwa surga Nabi Adam berada di langit.

Sementara surat Al Kahfi: 50 menceritakan bahwa Iblis yang mewakili bangsa jin juga berada di surganya Nabi Adam saat para malaikat memberikan sujud tahiyah (penghormatan) kepada Nabi Adam.

Ayat ini menunjukkan bahwa surga Nabi Adam berada di langit yang dapat dijangkau oleh segolongan jin, yaitu langit pertama.

Surat Ash Shaaffaat: 6–10 menjelaskan ciri-ciri langit yang terdekat (langit pertama):

1.) Dihiasi dengan ٱلْكَوَاكِبِ (bentuk plural dari كوكب) yang artinya adalah bintang yang tidak berkedip, di masa sekarang kita menyebutnya sebagai planet.

Sehingga, langit pertama adalah langit yang melingkupi planet-planet dalam tata surya kita.

2.) Ada segolongan jin yang dapat mendekati langit pertama untuk mencuri dengar pembicaraan para malaikat.

Hal ini sejalan dengan surat Al Kahfi: 50 yang menceritakan bahwa Iblis yang mewakili bangsa jin bisa mencapai langit surganya Nabi Adam.

3.) Para jin yang berusaha mencuri dengar pembicaraan para malaikat akan dikejar oleh suluh api yang cemerlang.

Hal ini menunjukkan bahwa langit pertama bukan hanya melingkupi planet-planet, tetapi juga benda-benda langit yang memancarkan pijar dan bergerak cepat, seperti meteor dan komet.

Dalam astronomi, ada teori tentang Awan Oort yang merupakan lapisan besar dan tebal yang melingkupi tata surya kita, serta berisi miliaran objek dan menjadi tempat komet berasal.

“7 Lapis Langit” (gambar disunting dari wikipedia — Azcolvin429)

Surga Nabi Adam, di langit pertama, berada di atas tata surya namun masih di dalam galaksi kita. Hewan dan tumbuhannya serupa dengan bumi.

Karena dalam surat Al Baqarah: 31 disebutkan bahwa Nabi Adam diajarkan nama-nama benda di surga (langit pertama) sementara Nabi Adam juga sedang disiapkan sebagai khalifah di bumi (Al Baqarah: 30).

Sehingga nama-nama (dan fungsi) benda-benda di langit pertama tersebut tentu serupa dengan yang ada di bumi.

Dalam hadits juga disebutkan bahwa surga itu bertingkat-tingkat. Jarak antar tingkatan sangat jauh. Sehingga penduduk surga di tingkat bawah melihat penduduk surga di tingkat atasnya seperti memandang bintang di langit.

(HR. Bukhari no. 3016 versi aplikasi Lidwa; no. 3256 versi Fathul Bari)

Surat Ali ‘Imran: 133 menyebutkan bahwa orang yang bertakwa akan mendapat surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Artinya, satu orang bertakwa bisa mendapat surga seluas satu planet bumi.

Para astronom memperkirakan sedikitnya ada 2 triliun galaksi di alam semesta. Dalam satu galaksi, terdapat puluhan hingga ratusan miliar bintang.

Para astronom juga memperkirakan sedikitnya ada 100 sextillion planet di alam semesta (sextillion adalah bilangan yang diikuti oleh 21 angka nol).

Dari sekian sextillion planet tersebut, bisa jadi ada yang serupa dengan bumi, lebih baik dari bumi, atau lebih buruk dari bumi.

Pengamatan luar angkasa memperkirakan ada planet yang saking panasnya maka di siang hari logam akan menguap, lalu uap logam tersebut akan mendingin di malam hari sehingga berubah menjadi hujan besi.

Dan sangat banyak planet di alam semesta ini yang kondisinya sangat mengerikan laksana di neraka. Wallahu A’lam.

Walaupun memperoleh tempat tinggal yang sangat luas, penduduk surga tetap dapat saling mengunjungi.

Surat Ath Thuur: 25–28 menyebutkan penduduk surga yang saling menemui dan mengenang bagaimana mereka menjalani kehidupan di dunia dengan hati-hati karena takut akan azab Allah.

Surat Ash Shaaffaat: 50–55 juga menyebutkan tentang penduduk surga yang setelah mengunjungi sesama mereka kemudian meninjau temannya di neraka (karena tidak beriman sewaktu di dunia).

Kesimpulannya, berdasarkan penuturan Al Qur’an, surga Nabi Adam sebelum diturunkan ke bumi adalah berada di langit, yaitu langit pertama.

Dan lapisan-lapisan langit, dari langit 1 sampai 7, berada di atas bumi. Berada di atas bukan berarti di atas kutub utara. Karena bumi itu bulat, dan lapisan langit yang melingkupinya juga bulat, maka berada di atas berarti melingkupi.

Baik manusia itu berada di kutub maupun di khatulistiwa, maka langit yang melingkupinya selalu berada di atas.

Hal ini sesuai dengan dalil-dali yang menunjukkan luasnya surga yang berada di langit, sebagaimana luasnya lapisan-lapisan langit yang melingkupi tata surya, galaksi, dan alam semesta. Wallahu A’lam.

Penuturan Alkitab

Kitab Kejadian 2:7–8 menyebutkan bahwa setelah Tuhan Allah menciptakan manusia, lalu Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu.

Kitab Kejadian 2:10–14 kemudian menyebutkan bahwa dari Taman Eden mengalir empat sungai, yaitu Tigris, Eufrat, Pison, dan Gihon.

Sungai Tigris dan Eufrat mengalir dari Pegunungan Taurus di Türkiye, melalui Suriah dan Irak, lalu bermuara di Teluk Persia.

Sungai Pison (orang Arab menyebutnya Sihun) dan Gihon (orang Arab menyebutnya Jihun) berada di Türkiye, mengalir dari Pegunungan Taurus dan bermuara di Laut Mediterania.

Dari lokasi hulu 4 sungai ini, Taman Eden diperkirakan berada di sekitar Pegunungan Taurus, sebelah timur Türkiye.

Lokasi ini tidak jauh dari Gunung Judi. Al Qur’an surat Huud: 44 menyebutkan bahwa setelah banjir besar, bahtera Nabi Nuh ‘alaihis salam berlabuh di atas Gunung Judi.

Lokasi hulu sungai Sihun, Jihun, Eufrat, dan Tigris, serta Gunung Judi (gambar disunting dari worldofmaps.net)

Sehingga, Taman Eden sejatinya adalah lokasi pemukiman manusia pertama sejak masa Nabi Adam hingga generasi Nabi Nuh.

Setelah kaum Nabi Nuh dimusnahkan oleh banjir besar, umat manusia berpencar mencari pemukiman baru, meninggalkan Taman Eden.

Kesimpulannya, berdasarkan penuturan Alkitab, Taman Eden adalah tempat Nabi Adam diturunkan ke bumi. Lokasinya diperkirakan di sekitar Pegunungan Taurus, sebelah timur Türkiye, tidak jauh dari Gunung Judi. Wallahu A’lam.

Tempat Nabi Adam Diturunkan

Teori Taman Eden sebagai tempat Nabi Adam diturunkan ke bumi bersumber dari penuturan Alkitab. Lalu bagaimana dengan sumber dari literatur Islam?

Al Qur’an tidak menyebutkan sama sekali mengenai lokasi diturunkannya Nabi Adam di bumi. Demikian pula tidak ada hadits shahih yang menyebutkannya.

Beberapa hadits yang menyebutkan tempat turunnya Nabi Adam di bumi statusnya adalah dhaif (lemah). Seperti misalnya hadits yang mengatakan bahwa Nabi Adam diturunkan di India. Hadits ini diriwayatkan Ibnu Asakir dalam Tarikh Damaskus dan statusnya dhaif dalam as-Silsilah ad-Daifah.

Ada pula sebagian kalangan yang mengatakan bahwa Nabi Adam dan Hawa diturunkan secara terpisah di muka bumi. Setelah berlalu sekian waktu, akhirnya mereka bertemu di Padang Arafah.

Pendapat ini juga tidak memiliki dalil. Nama Padang Arafah bukan bermula dari lokasi pertemuan Nabi Adam dan Hawa.

Sejatinya, nama Arafah terkait ibadah haji di mana para jamaah haji يَتَعَارَفُونَ (yata’arafun) yang berarti “mereka saling berkenalan”.

Sehingga nama Arafah terkait dengan para jamaah haji dari berbagai penjuru dunia yang saling berkumpul, bertemu, dan berkenalan di Padang Arafah.

Keyakinan bahwa Nabi Adam dan Hawa bertemu di Padang Arafah setelah diturunkan ke muka bumi, telah melahirkan salah satu ritual bid’ah dalam ibadah haji, yaitu naik ke Jabal Rahmah di Padang Arafah dengan tujuan melanggengkan cinta atau rumah tangga.

Bukit tersebut awalnya bernama Jabal Ilal. Namun, setelah dianggap sebagai monumen cinta Adam dan Hawa, bukit tersebut diubah namanya menjadi Jabal Rahmah (bukit kasih sayang).

Di masa Turki Utsmani, dibangun pilar di atas Jabal Rahmah. Sebagian jamaah haji yang tidak tahu, menganggap bahwa menyentuh pilar di atas Jabal Rahmah merupakan bagian dari manasik haji, padahal hal tersebut merupakan bid’ah.

Sebagian orang berusaha menyentuh pilar di puncak Jabal Rahmah (sumber gambar: nst.com)

Walaupun Al Qur’an tidak menerangkan lokasi diturunkannya Nabi Adam di bumi, tetapi disebutkannya Gunung Judi sebagai tempat berlabuhnya bahtera Nabi Nuh, menunjukkan bahwa tempat diturunkannya Nabi Adam tidak jauh dari Gunung Judi.

Wallahu A’lam

--

--